Telematika banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang, salah satunya adalah bidang telekomunikasi yang berfokus pada pertukaran data yang
menjadi kebutuhan konsumen mereka seperti telekomunikasi lewat telepon, saluran
televisi, radio, media lainnya, dan juga sistem pelacakan navigasi secara
realtime berbasis satelit yang disebut GPS(Global Positioning System). Pada
penerapaannya, Telematika menggunakan suatu teknologi pengiriman, penerimaan
dan penyimpanan informasi melalui perangkat telekomunikasi dalam hubungannya
dengan pengaruh pengendalian/control pada objek jarak jauh.
Untuk di Indonesia sendiri,
perkembangan telematika mengalami tiga periode berdasarkan fenomena yang
terjadi di masyarakat, yaitu:
2. Periode kedua disebut periode pengenalan, rentang wktunya adalah tahun 1990-an. Jaringan radio amatir yang jangkauannya sampai ke luar negeri marak pada awal tahun ini. Teknologi telematika, seperti computer, internet, pager, handphone, teleconference, siaran radio dan televisi internasional - tv kabel Indonesia, mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia. Periode pengenalan telematika ini mengalami lonjakan pasca kerusuhan Mei 1998.
3. Periode ketiga yaitu periode aplikasi dimulai tahun 2000. Awal era millennium inilah, pemerintah Indonesia serius menaggapi perkembangan telematika dalam bentuk keputusan politik dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 50 Tahun 2000 tentang Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI), dan Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2001 tentang Pendayagunaan Telematika. Sepanjang tahun 2007 yang lalu, Indonesia telah mengalami pertumbuhan 48% persen terutama di sektor sellular yang mencapai 51% dan FWA yang mencapai 78% dari tahun sebelumnya. Namun, peluang untuk memperoleh informasi bernuansa porno dan bentuk kekerasan lainnya, menjadi sangat mudah didapatkan dalam teknologi telematika.
Dalam latar belakang demikianlah
telekomunikasi dan informasi, mulai dari radio, telegrap, dan telepon,
televisi, satelit telekomunikasi, hingga ke internet dan perangkat multimedia
tampil dan berkembang di Indonesia.
Sebelum tahun 1976 dikenal sebagai
periode pra satelit dimana perkembangan teknologi komunikasi di indonesi masih
terbatas pada bidang telepon dan radion. Satu-satunya radio pada masa ini yaitu
RRI yang lahir dengan di dorong oleh kebutuhan yang mendesak akan adanya lat
komunikasi di masa revolusi kemerdekaan. Sedangkan untuk telepon pada masa itu
tidak terlalu penting sehingga anggaran pemerintah untuk membangun
telekomunikasi pun masih kecil jumlahnya. Saat itu, telepon dikelola oleh PTT
(Perusahaan Telepon dan Telegrap) saja. Sampai di tahun 1965, RRI merupakan
operator tunggal siaran radio di Indonesia. Setelah itu barulah bermunculan
radio – radio siaran swasta.
Badan penyiaran televisi lahir tahun
1962 sebelum adanya satelit yang semula hanya dimaksudkan sebagai perlengkapan
bagi penyelenggara Asian Games IV di Jakarta. Siaran percobaan pertama kali
terjadi pada 17 Agustus 1962 yang menyiarkan upacara peringatan kemerdekaan RI
dari Istana Merdeka melalui microwave. Dan pada tanggal 24 Agustus 1962, TVRI
bisa menyiarkan upacara pembukaan Asian Games, dan tanggal itu dinyatakan
sebagai hari jadi TVRI.
Terdorong oleh inovasi, akhirnya pada
tanggal 14 November 1962 untuk pertama kalinya TVRI memberanikan diri melakukan
siaran langsung dari studio yang berukuran 9x11 meter dan tanpa akustik yang
memadai. Sampai
tahun 1989, TVRI merupakan operator tunggal di bidang penyiaran televisi.
Sebelum adanya UU no. 3 tahun 1989
tentang pengertian telekomunikasi yang diperluas hingga mencakup alat pengiriman
data seperti facsimile dan telex, dan lain-lainnya. Telkom dan Indosat
disebut sebagai badan penyelenggara telekomunikasi yang menyediakan seluruh
jejaring dan layanan jasa. Dampak positif dari berlakunya UU tersebut adalah
mulai masuknya pihak-pihak swasta dengan modal yang besar, walaupun dalam skala
usaha yang terbatas.
Perkembangan teknologipun berkembang
pesat, mulai dari pesawat telepon manual ke otomatis, dan dari analog menjadi
digital. Pada gilirannya perkembangan ini menuntut adanya pengaturan
infrastruktur dan standarisasi peralatan. Tak lama kemudian masuklah teknologi
mobile-telecommunication.
Berkembanglah pemakaian handphone yang
bardampak tumbuhnya usaha-usaha yang tidak hanya menyediakan layanan atau
jejaring saja, melainkan juga membangun pabrik-pabrik dalam upaya pemenuhan
kebutuhan akan kabel.
Ir.
Hasanuddin Sirait, MT, 2009, “SEJARAH PEKEMBANGAN TEKNOLOGI TELEMATIKA”. STMIK
Parna Raya Manado. http://www.hsirait.wordpress.com.
Anggota Kelompok :
Frans Andhika H (13113574)
Rifky Radityatama (17113677)