Pengaruh media seperti halnya televisi terhadap anak makin besar, namun bukan pengaruh positif yang diberikan melainkan pengaruh negatif yang banyak diterima. Saat ini hampir seluruh
stasiun televisi menyiarkan acara-acara yang bisa dikatakan minim manfaat untuk
anak-anak. Mungkin pada tahun 2000an kita masih melihat acara-acara televisi
yang diperuntukan untuk anak-anak seperti acara kartun dan sebagainya pada hari
minggu. Zaman memang semakin maju dan modern namun tidak berlaku untuk acara
televisi di Indonesia karena bukannya mengalami kemajuan melainkan mengalami
kemunduran dari sudut pandang pesan yang disampaikan terutama untuk anak-anak.
Katakan saja dalam satu minggu
anak-anak menonton TV sekitar 17 jam. Apa yang mereka dapatkan dan pelajari
pada waktu yang selama itu? yang mereka dapat adalah kekerasan dapat
menyelesaikan masalah, sama halnya yang dipertontonkan di sinetron-sinetron saat
ini. Selain itu, mereka juga hanya belajar duduk di rumah, menonton, dan
bermalas-malasan, bukannya bermain diluar ataupun berolahraga. Hal ini membuat
anak bukan bertambah cerdas melainkan menghambat kecerdasan anak untuk
berkembang, karena dengan menonton dan bersantai maka anak akan kurang
berinteraksi dengan orang diluar dan pada akhirnya kecerdasan berinteraksi tak
akan tumbuh sehingga anak dapat dikatakan "kuper".
Menurut penelitian beberapa ahli,
kalangan anak merupakan kalangan yang paling mudah terkena dampak negatif dari
siaran televisi. Penelitian tahun 2012 menyatakan bahwa jumlah jam menonton
televisi pada anak lebih kecil jika dibandingkan jam belajar disekolah. Jumlah
jam menonton televisi pada anak adalah 1.560-1.820 jam /tahun sedangkan jumlah
jam belajar disekolah hanya 1000 jam/tahun. Tentunya jika melihat angka
tersebut maka kita sebagai orang tua harus bertindak agar hal yang lebih buruk
tak akan terjadi pada anak kita.
Menurut Kidia, menyatakan bahwa pada
tahun 2014 lalu dari seluruh tayangan televisi, yang aman untuk ditonton
anak-anak hanyalah sekitar 15% saja. Angka yang sangat kecil tentunya jika
dibandingkan dengan tontonan televisi Indonesia yang sangat banyak.
Mengapa kita harus mengurangi
menonton televisi? Pertanyaan tersebut sebenarnya pertanyaan yang sampai saat
ini jarang dilontarkan oleh banyak orang dan hanya sebagian kecil saja orang
yang berfikiran seperti itu. Banyak dampak negatif dari menggunakan televisi
apalagi secara berlebihan. Anak-anak harus dijaga dari kebiasaan menonton
televisi, seperti halnya penelitian yang diadakan Dokter spesialis anak di
Eropa yang menyatakan bahwa televisi dapat mengganggu perkembangan orak pada
anak misalnya saja pada anak yang berusia 0-3 tahun akan mengalami kesulitan
bicara karena perkembangan otak terganggu dan selain itu juga menghambat daya
paham anak akan suatu hal.
Selain itu, televisi juga ternyata
bisa mendorong anak menjadi konsumtif. Hal ini karena anak-anak adalah target
sebagian besar periklanan karena anak-anak dinilai mudah terhasut iklan dan
yang jelas orang tua mau tidak mau harus membelikan produk tersebut karena
paksaan si anak. Bukan hanya itu saja, anak yang gemar menonton televisi juga
bisa mempengaruhi sikap anak. Ingatkah dulu ketika salah satu stasiun televisi
menayangkan acara gulat internasional yang bebas dipertontonkan anak-anak?
apakah anda ingat tentang anak yang meninggal akibat tontonan itu? jika anda
ingat maka seharusnya anda sadar bahwa tayangan televisi berbahaya untuk anak
anda. Televisi juga dapat mengurangi daya konsentrasi anak, mengurangi
kreatifitas, membentuk pola pikir sederhana, mengganggu semangat belajar, dan
bahkan dapat membuat kemungkinan obesitas pada anak semakin meningkat.
Sangat banyak dampak-dampak kecil
dari dampak besar yang telah disebutkan di atas. Hal ini tentunya dapat membuat
orang tua sadar bahwa membiarkan anak menonton televisi dapat mengganggu
perkembangan anak. Namun perlu diketahui, menonton televisi sebenarnya
boleh-boleh saja dan tidak dilarang. Tetapi orang tua perlu memanage kapan
anak harus menonton dan kapan harus belajar. Dalam hal ini tentunya diperlukan
kedekatan dan pemahaman yang baik antara anak dan orang tua.
Thank you so much...
BalasHapus