• Join Us on Google Plus!

Sabtu, 23 Januari 2016

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN PROPOSAL PERANCANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DIABETES BERBASIS WEB

Januari 23, 2016 // by Unknown // No comments

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil Penelitian
Pembuatan sistem pakar diagnose penyakit diabetes berbasis web untuk mengetahui tentang  penyakit diabetes berupa gejala, bahaya dari penyakit diabetes, apa faktor penyebab terkena penyakit diabetes, gejala penyakit diabetes dan bagaimana cara penanganannya sehingga masyarakat bisa lebih tahu tentang penyakit diabetes dan dengan  menggunakan sistem pakar  ini pengguna dapat mengetahui bahwa gejala yang di alami sama dengan gejala diabetes maka bisa langsung dilakukan penanganan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mendapatan hasil bahwa masyarakat merasa terbantu dengan adanya system pakar ini sehingga masyarakat dapat mengeathui kondisi tubuhnya apakah sedang mengalami gejala diabetes atau tidak, serta bagaimana cara mencegah penyakit diabetes ini.

4.2     Pembahasan

Sistem pakar ini dirancang untuk pengembangan system informasi dalam bidang kesehatan khususnya dalam bidang penyakit diabetes. System pakar ini dirancang dengan berbasis web jadi masyarakat dapat menggunakan system pakar ini sehingga pengguna mendapatkan informasi tentang penyakit diabetes ini. Segala informasi yang tersedia pada system pakar berbasis web ini didapat dari sumber buku tentang penyakit diabetes, dokter yang kompeten dalam bidang penyakit diabetes serta para ahli tentang penyakit diabetes.


BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1     Kesimpulan

Sistem pakar ini menyediakan informasi tentang penyakit diabetes serta pendiagnosaan penyakit diabetes pada seseorang berdasarkan gejalanya. Tentunya system pakar ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari system pakar ini adalah system pakar ini tidak hanya menyediakan fasilitas tentang pendiagnosaan penyakit diabetes pada seseorang berdasarkan gejalanya tetapi juga menyediakan informasi tentang penyakit diabetes mulai dari factor penyebab terkena penyakit diabetes, apa saja gejalanya dan bagaimana cara menanganinya.
Kekurangan dari system pakar ini adalah tidak adanya fasilitas konsultasi untuk pengguna jika ada sesuatu yang ingin ditanyakan dan tidak member tahu obat apa saja yang harus digunakan untuk penyakit diabetes ini karena dalam pemberian obat merupakan wewenang dokter yang memeriksa kondisi tubuh secara langsung.

5.2    Saran

Untuk para pengguna yang menggunakan system pakar ini diharapkan untuk berkonsultasi lebih lanjut kepada dokter karena system pakar ini hanyalah sebuah media untuk memberikan informasi tentang penyakit diabetes serta diagnose apakah tubuh kita terkena gejala penyakit diabetes atau tidak. Jadi, jika sudah menggunakan system pakar ini dan mengetahui bahawa terkena penyakit diabetes maka segeralah konsultasi kepada dokter untuk mendapatkan penanganan yang intensif.

Rabu, 20 Januari 2016

Cerpen Kelas Malam Cintya

Januari 20, 2016 // by Unknown // No comments

Cintya berlari diburu waktu menuju gedung laboratorium biokimia pangan yang berjarak sepuluh meter dari gerbang kampusnya. Malam ini ada ujian praktikum biokimia pangan. Cintya terlambat lima belas menit. Ia sudah bisa membayangkan dua tanduk di kepala asisten praktikumnya. Biasanya gadis itu tak pernah berani berjalan sendirian di gedung laboratorium karena ia pernah melihat penampakan disana. Tapi malam ini, keterlambatannya membuatnya terburu-buru dan lupa kalau sekarang ia berlari sendirian di gedung terangker yang ada di kampusnya. Pintu laboratorium biokimia sudah ada sepuluh meter di depan mata Cintya. Ia harus menuruni sepuluh anak tangga untuk sampai di sana. Langkahnya tergesa-gesa, dan kesialan ditemuinya. Sepatu berhak tinggi milik Cintya menginjak rok panjangnya hingga membuat gadis itu terpeleset dan jatuh berguling-guling menuruni tangga. Ia jatuh tersungkur dan wajahnya membentur keras lantai di bawah anak tangga. Cintya tak mampu melihat apapun. Gadis itu pun pingsan.


Beberapa menit kemudian, Cintya tersadar dari pingsannya. Ia melihat koridor laboratorium yang ada di depannya begitu sepi dan dingin. Kabut malam yang berarak pelan membuat tempat itu begitu angkuh. Pelan, Cintya bangun dari lantai. Ia merapikan pakaian dan rambutnya. Tak ada luka di wajah, tangan, ataupun kakinya. Cintya juga masih bisa berjalan. Jatuh dari tangga sedikit membuat kepalanya pusing tapi tak membuatnya lupa kalau ia harus mengikuti ujian biokimia pangan.


Cintya buru-buru mendatangi ruang praktikum biokimia pangan. Setelah membuka pintunya, isi ruangan itu sepi tak berpenghuni. Cintya lalu melihat arlojinya. Ia yakin kalau malam itu adalah hari Kamis, 12 Desember 2010 pukul 7 malam. Tapi kenapa tak ada seorang pun di dalam kelas biokimia?

Cintya bingung dan belum menemukan jawabannya. Gadis itu lalu mendatangi salah satu meja di dalam ruang praktikum. Ia melihat banyak kertas ujian tergeletak rapi di sana. Kertas itu bergerak sendiri dan ada yang menorehkan tinta di atasnya, namun yang menulisinya tidak terlihat (seperti kertas ujian hantu). Cintya melangkah mundur karena ketakutan. Tiba-tiba saja seperti  ada orang yang menabrak pundaknya dari belakang. Cintya terdorong dan terjatuh ke lantai. Ia melihat secarik kertas ujian melayang di depannya dan mendarat satu kaki di ujung sepatunya. Ada tangan asing yang meraih kertas itu lalu menghilang. Cintya merasakan gapaian tangan itu menyentuh sepatunya. Ia semakin ketakutan. Ujian praktikum malamnya berubah menjadi ujian alam gaib. Cintya bangun dari lantai dan berlari menuju pintu. Tapi langkahnya terhadang oleh kemunculan Andini, teman Cintya yang tewas bunuh diri (menjatuhkan dirinya dari lantai lima gedung kuliah) lima hari yang lalu. Cintya shock dan menjerit ketakutan. Andini menarik Cintya dan membungkam mulutnya tapi Cintya terus memberontak dan mendorong tubuh dingin Andini. Ia seperti menyentuh mayat beku saat memegang kulit Andini.

Andini berusaha mengajak Cintya keluar dari ruang praktikum namun Cintya menolak. Saat Cintya melangkah mundur, kembali ke meja praktikum, seperti ada banyak orang yang berlarian menabrak tubuhnya dari belakang. Cintya kembali terdorong dan terjatuh ke lantai. Pintu ruang praktikum terbuka lalu tertutup dan terkunci dari luar dengan sendirinya. Cintya nyalang kebingungan. Tatapannya beralih ke Andini yang masih berdiri menunggunya di samping pintu. Cintya heran kenapa arwah Andini menganggunya. Lalu terdengar suara teriakan yang  gsangat keras dari arah tangga di luar ruang praktikum.

Cintya bangun dari lantai dan berlari membuka pintu. Andini tersenyum pelik melihat ketakutan Cintya. Ia tak berhasil membuka pintu nya karena terkunci dari luar. Andini lalu menepuk pundak Cintya. Cintya diam menunggu apa yang akan dilakukan Andini. Pintu yang terkunci itu didorong Andini dengan telapak tangannya dan langsung terbuka. Andini menyuruh Cintya untuk segera keluar.


Di luar ruang praktikum, Cintya melihat ada nenek-nenek tua berpakaian Belanda, berdiri membungkuk memegang alat pel. Nenek itu tersenyum lebar saat berpapasan dengan Cintya. Wajah nenek itu sangat menyeramkan seperti hantu. Cintya menggelengkan wajahnya dan langsung membalikkan badan. Cintya berlari menuju tangga yang tadi dilaluinya. Samar-samar, ia melihat teman-temannya yang tadi tak dilihatnya, berkerumun di depan tangga. Cintya buru-buru menghampiri mereka. Cintya penasaran, apa yang sedang dilihat teman-temannya. Satu per satu pundak teman-temannya direngkuh Cintya tapi tak ada yang menolehnya. Setelah menerobos kerumunan teman-temannya, gadis itu akhirnya melihat dirinya sendiri terbaring bersimbah darah di bawah anak tangga.

“Tidaaak……!”

Cintya berteriak histeris lalu lari dari kerumunan teman-temannya. Ia kembali ke lorong gelap di depan ruang praktikum. Di sana Andini dan Nenek Penjaga Sekolah tersenyum melihat tingkah Cintya. Gadis itu memegangi kepalanya dan terus berteriak. Mereka lalu berdiri di depan cermin lebar yang terpajang di tembok ujung lorong. Cintya melihat wajahnya seperti wajah Andini dan Nenek Tua Penjaga Sekolah. Mata gadis itu berlinangan air mata. Andini lalu merengkuhnya dan berkata, “Selamat datang, Cintya!”

Cerpen Perempuan Kesepian

Januari 20, 2016 // by Unknown // No comments

Akhir-akhir ini aku merasa sangat kesepian, tidak ada teman bicara yang bisa aku ajak cerita dan bertukar pikiran, padahal.. aku ini termasuk perempuan yang pandai berbicara dan tidak membosankan. hmm.. sampai akhirnya malam ini ada wanita muda yang dapat aku ajak bicara.


"Malam" sapaku pada wanita muda berambut pendek, berbadan cukup besar yang terbaring lemah diatas ranjang tidurnya

"Malam" jawabnya pelan. suaranya mengingatkanku pada masa-masa lemahku dulu

"Baru pindah ya?" tanyaku dengan penuh kelembutan sambil berjalan menuju tempat tidurnya

"Iya tadi sore. 2 hari yang lalu baru beres melahirkan anak kedua" katanya dengan nada menjelaskan. 

"Oooh begitu, pantas baru lihat. Bagaimana kondisi anaknya neng? sehat?" benar kan? aku memang orang yang pandai berbicara.

"Alhamdulillah perempuan, sehat, pas lahir 3kg. Teteh abis melahirkan juga?" tanyanya dengan antusias sambil mengangkat badannya dari posisi tidur menjadi setengah duduk dialasi oleh bantal di punggungnya.

"Iya, anak saya juga perempuan neng…………"

Dan akhirnya perbincangan kami berlanjut sampai larut malam, tak terasa 20menit berlalu sejak perbincangan awal kami.

"Teteh kamarnya dimana ya siapa tau nanti saya bisa lihat anaknya" wanita muda itu memandangku dengan penuh semangat, seakan menemukan teman seperjuangan.

"Lah, saya kan sekamar sama neng :)" jawabku tersenyum.

"Disebelah mana teh?"  wanita itu bertanya seakan kebingungan mencari tempat tidur yang kosong diruangannya sekarang.

"Itu" aku menunjuk kasur kapuk yang dilipat rapi diatas lemari tua sebelah ranjang kosong yang letaknya hanya beberapa petak dari tempat kami berada.

"Oooh" terdengar suara kecil dari wanita muda yang raut wajahnya mulai pucat pasi seakan tidak ingin banyak bertanya lagi. karena perasaanku tak enak, aku sudahi pembicaraan malam ini.

"Yauda neng, izin pamit mau tengok anak dulu ya, sampai jumpa besok malam. nanti mampir ya" aku membalikan badan sambil tersenyum singgung dan segera keluar dari ruangan itu. Aku tak berani membalikan badan karena perasaanku benar-benar tak enak.

Malam berikutnya, wanita muda itupun hilang. Benarkan perasaanku tak enak? Aku kesepian lagi. Tak lama setelah aku meratapi nasib, ada beberapa suster yang melewati kamarku ini. mereka berbincang dan berbisik. aku tak suka itu. 

Suster 1: "tadi pagi ada ibu melahirkan pindah lagi dari ruang ini, katanya semalam ibu itu berbincang bersama wanita yang katanya mirip sundel bolong, awalnya sih manis, eh pas balik badan punggungnya busuk"

Suster 2: “HHIIIYY serem, jangan-jangan itu arwah penasaran perempuan yang meninggal karena melahirkan beberapa bulan yang lalu lagi? dulu dia kan kamarnya disini"

Suster 1: "Eeeeh udah ah, jadi merinding, yuk ah jangan lama-lama disini"

.. Hmmmm benar kan, perasaanku tak enak. Padahal aku tak pernah berniat jahat kepada mereka semua, aku hanya ingin ada teman bicara. Sejak beberapa bulan yang lalu setelah kematianku karena pendarahan ketika melahirkan, aku benar-bener kesepian. Suamiku pergi, anakku ikut dengan suamiku. Aku disini, sendiri. tidak bisa keluar. Tolong siapapun, temani aku.

Selasa, 19 Januari 2016

Cerpen Antara sahabat dan cinta pertama

Januari 19, 2016 // by Unknown // No comments

"Apa kau yakin ingin meninggalkan London ?"tanya gadis cantik itu, rambut lurusnya diikat dua, mata hijaunya berbinar-binar, kulit putihnya sedikit terlihat kemerah-merahan.
"Aku yakin, aku akan pergi ke Jepang, tempat asalku dilahirkan"jawab gadis Jepang itu yakin, gadis itu berambut panjang gelombong coklat muda diikat satu, mata birunya sedikit berbinar.
"Baiklah Megumi, aku harap lain kali kau akan mampir ke London"kata gadis itu sedikit sedih.
"Ya Emily, aku pasti akan mampir kembali dan menghampirimu !"kata Megumi meyakinkan.
"Selamat tinggal Megumi"kata Emily sambil melambaikan tangannya, Megumi pun menaiki pesawat yang akan membawanya ke negeri Sakura.Selama diperjalanan Megumi hanya meneteskan air mata, mengingat sahabat terbaiknya selalu menunggu kehadirannya.
"Emily, aku janji akan kembali"kata Megumi dalam hati sambil meneteskan air mata.

Sesampai di Jepang, Megumi pun mencari kedua orang tuanya, gadis berumur 16 tahun itu mencari kedua orang tuanya, Megumi pun menemukan mereka, kedua orang tuanya sekarang sudah terlihat tua, setelah selama 4 tahun tidak bertemu orang tuanya, Megumi bersekolah di London bersama Tante dan Omnya.Megumi pun memeluk orang tuanya.
"Mama, Papa.Megumi rindu pada kalian"kata Megumi meneteskan air mata rindu.
"Kami juga merindukanmu nak"kata Mama yang juga menitikkan air mata haru.Megumi pun pulang ke rumah yang selalu ia rindukan.Di rumah sudah ada Nana, adik tersayangnya yang masih berusia 10 tahun, Megumi pun memeluk adik tersayangnya.
"Shimai, Nana rindu sekali sama Shimai"kata Nana senang melihat kakaknya sudah pulang.
"Shimai juga rindu padamu Nana"kata Megumi.Megumi pun menuju kamar tidurnya, tidak ada perubahan dengan kamarnya saat berusia 12 tahun.Dinding berwarna kuning itu masih dihiasi beberapa lukisan karya Megumi, dan sebuah jam dinding hijau kesayangan Megumi, bed cover hijau polkadot putih itu masih dihiasi sebuah boneka beruang kesayangan Megumi saat kecil, lemari kayu, meja rias putih, dan sebuah meja berukuran sdang masih terletak rapi di kamar itu, Megumi pun merebahkan diri di bed cover itu sambil memeluk boneka beruangnya, tiba-tiba handphonenya berdering, tertera sebuah pesan telah berada di kontak handphone tersebut, Megumi pun membaca pesan itu,
"  Megumi bagaimana perjalananmu ? Apakah berjalan lancar ? Aku harap begitu.Adikku, Eiji menangis terus karena tau kau pergi jauh dari London.Aku masih menunggumu sahabatku..."
Megumi pun membalas pesan itu,
"  Perjalananku berjalan lancar, oh iya titipkan salamku untuk keluargamu terutama Eiji.Aku rindu pada adik kecilmu itu, aku rindu tawa Eiji.Aku pasti akan kembali ke London, tunggu aku ya"
Megumi pun mengirim pesan itu.Megumi pun mulai menutup matanya.
Sinar mentari membangunkan gadis cantik yang sedang terlelap lelah setelah menempuh perjalanan jauh, Megumi pun bergegas membersihkan diri, tidak begitu lama Megumi pun selsai berbersih diri, ia pun duduk di meja riasnya, Megumi mengoleskan bedak, dan blush di wajah putihnya, sedikit lipsgloss teroles rapi di bibirnya.Rambut gelombangnya digulung dua.Selesai berdandan, Megumi pun menuruni tangga dan menuju ruang makan, di meja makan tersebut sudah tersedia semangkuk mie khas Jepang, dan teh hijau khusus untuk Megumi.Megumi pun menyantap sarapan tersebut,
"Shimai kapan mulai sekolah kembali ?"tanya Nana dengan suara imutnya.Megumi pun menelan mienya,
"Mungkin menunggu sampai sekolah Shimai membuka peserta didik baru"jawab Megumi.
"Hm..Mama..Mama, Shimai akan bersekolah dimana ?"tanya Nana lugu kepada Mama.
"Megumi akan bersekolah di High School Saiensu"jawab Mama kepada putri keduanya.Megumi pun selesai memakan sarapannya, ia pun menuju kamarnya,
"Hm..Mungkin aku harus berjalan-jalan keluar rumah untuk menghirp udara segar"kata Megumi, lalu mengambil jaket putihnya, lalu turun menuju pintu.
"Megumi, kau mau kemana ?"tanya Mama.
"Aku mau menghirup udara segar Ma"jawab Megumi sambil membuka gagang pintu.
"Hati-hati ya nak !"kata Mama.Megumi pun mulai berjalan-jalan, ia pun duduk di bangku Taman 
Bunga Sakura.Tiba-tiba ada seseorang yang tak sengaja menumpakkan air mineralnya dijaket
 Megumi.
"Ah..Maaf"kata seorang laki-laki kepada Megumi, laki-laki itu tampan, rambutnya berwarna coklat muda, mata hitamnya terlihat ada penyesalan.
"Tak apa"jawab Megumi, pipi Megumi bersemu merah, sepertinya ia menemukan cinta pertamanya.
"Siapa namamu ?"tanya laki-laki itu.
"Namaku Megumi Natsuko, kamu dapat memanggilku Megumi"jawab Megumi, pipinya masih
bersemu meah.
"Namaku Katashi Masuo, kamu dapat memanggilku Katashi"kata Katashi ramah.
"Kamu masih bersekolah ? Lalu sekolahmu dimana ?"tanya Megumi memberanikan diri.
"Aku masih sekolah di High School Saiensu"jawab Katashi.
"Aku juga akan masuk HSS loh"kata Megumi.
"Yang benar ? Kau akan jadi murid baru ya di kelas 10, berarti kau harus memanggilku Ani dong
hahahaha"canda  Katashi.
"Enak saja, aku akan masuk kelas 11"jawab Megumi.
"Semoga kau sekelas denganku, eh sudah dulu ya.Aku ada janji dengan sahabatku, sampai bertemu di HSS"kata Katashi sambil melangkah pergi.Megumi juga bergegas pulang, sesampai di rumah, Nana menyambut Shimainya.Megumi pun menuju kamarnya,
"Aku tak sabar menunggu saat aku masuk HSS"kata Megumi dalam hati, Megumi tidur lelap di
bed covernya...

Puisi Ketika Benci Itu Datang

Januari 19, 2016 // by Unknown // No comments

Ketika Benci Itu Datang
Awal jumpa ku tak tersadar
Hadirmu menenangkan hatiku
Ucapmu selalu membangkitkanku
Semangatmu memotivasi hariku

Hingga ku tetapkan bersamamu
Hariku ceria denganmu
Indah menemukan cerita baru
Sepi sehari tak bersamamu

Namun kini,,, hadirmu membuatku kacau
Tingkahmu Membuatku sebel
Semakin hari semakin sebel
Yang akhirnya membuat hidupku kacau

Suaramu buatku gila
Ketawamu buatku merana
Hingga akhirnya ku putuskan
Tanpamu aku bisa

Puisi Akhir bersama

Januari 19, 2016 // by Unknown // No comments

Akhir bersama

Aku sangat mencintaimu
Ku ikat suci di ujung janji
Kuikrarkan jujur di jasad kaku
Di ujung jalan semua berputar

Semua tentangmu hanya kupu kupu sayu
Terbang ke sana sini mencari madu
Berjalan dalam sekelebat buram
Menanti hingga cerita berakhir

Kau selalu ada di setiap mata ini memandang
Karena ronamu kurekam hebat di retina mataku
Sangat jelas di mataku

Takdir berkata lain
Cerita aku dan kamu bukan romansa
Kita menggenggam memekak kenyataan
Pahit terasa di ujung daging

Sebentar saja
Ingin kubersamamu mengucap janji
Kita bertemu di kehidupan lain
Semoga aku bisa tegar hidup tanpamu.

Puisi Rindu Yang Tak Sampai

Januari 19, 2016 // by Unknown // No comments

Rindu Yang Taksampai

Rindu ini bersarang di dada
Memuncah rasa
Hingga aku larut terlena
Meninggal sakit yang ingin terbang

Tuhan tawan rindu ini
Agar hati tidak mati 
Agar hati tidak lebar selebar semesta
Karena jujur hati ini lelah berlapang


Ingin kuhujankan rintik ini
Ingin kucurahkannnya
Hingga hati ini lega
Hingga rindu di dada tertawar

Rinduku untukmu
Kutitipkan pada hampa yang sunyi
Ia bawa lewat ceruk ceruk jarak
Tenggelam tanpa kembali

Hingga kujurmu sepi
Rindu yang kukirim takmenyepi
Memeluk pun menggenggam
Ia hilang di makan hilang

Puisi Pahlawan untuk Indonesiaku

Januari 19, 2016 // by Unknown // No comments

Pahlawan untuk Indonesiaku

Demi negeri
Kau korbankan waktumu
Demi bangsa
Rela kau taruhkan nyawamu
Maut menghadang didepan
Kau bilang itu hiburan

Nampak raut wajahmu
Tak segelintir rasa takut
Semangat membara dijiwamu
Taklukkan mereka penghalang negeri

Hari-harimu diwarnai
Pembunuhan, pembantaian
Dihiasi bunga-bunga api
Mengalir sungai darah disekitarmu
Bahkan tak jarang mata air darah itu

Muncul dari tubuhmu

Cerpen Nyamuk Penyelamat

Januari 19, 2016 // by Unknown // No comments

Pak Dirjo adalah seorang petani. Ia tinggal di sebuah rumah di lereng gunung. Ia tinggal seorang diri. Istrinya sudah lama meninggal dan ia tidak memiliki seorang anak. Tinggal sendirian membuat ia merasa kesepian. Karena itulah ia sering menggerutu dan selalu mengeluh.
Musim hujan membuat Pak Dirjo semakin sering menggerutu. Rumah tuanya sudah bocor di sana-sini. Sementara untuk memperbaikinya, ia tidak punya uang. Lagipula menurutnya percuma saja diperbaiki. Umurnya paling sudah tidak lama lagi. Siapa yang akan menempati rumahnya nanti bila ia mati. Demikian menurutnya. Selain itu hujan membuat rumahnya sering kebanjiran. Belum lagi banyak nyamuk. Pak Dirjo benar-benar merasa kesal.
Suatu malam, Pak Dirjo kembali menggerutu. Ia tidak bisa tidur karena banyak nyamuk di rumahnya. Ia merasa sangat terganggu dengan kehadiran nyamuk-nyamuk itu.
" Huh, mengapa Tuhan menciptakan binatang yang bisanya cuma mengganggu ini? Huh, bisa habis darahku dihisapnya. Dasar binatang pangganggu, " gerutu Pak Dirjo.
Pak Dirjo lalu mengeluarkan sepeda tuanya dan pergi ke warung untuk membeli obat pembasmi nyamuk. Letak warung itu agak jauh dari rumahnya. Makanya ia pergi dengan naik sepeda. Sepanjang perjalanan ia terus menggerutu.
Ketika Pak Dirjo kembali ke rumahnya, ia heran karena banyak tetangganya yang berkumpul di depan rumahnya sambil memanggil-manggil namanya.
" Ada apa ini?" tanya Pak Dirjo heran. Tetangganya menoleh dan serempak mereka mengucapkan syukur saat melihat kehadiran Pak Dirjo.
" Syukurlah, Pak. Bapak tidak apa-apa. Kami sangat cemas saat mendengar tebing dibelakang rumah Bapak longsor. Kami takut Bapak kenapa-napa," jawab Pak Ahmad, tetangga Pak Dirjo.
" Ha, longsor?" Pak Dirjo baru sadar jika sebagian rumahnya roboh terkena longsoran tebing. Ia lemas seketika karena rumahnya kini hancur. Namun ia merasa sangat bersyukur karena selamat dari bahaya.
" Untung aku tadi ke warung membeli obat pembasmi nyamuk. Kalau tidak, pasti aku sudah celaka, " gumamnya.
Tiba-tiba Pak Dirjo sadar, kalau kepergiannya ke warung tadi telah menyelamatkan dirinya dari malapetaka. Dengan kata lain, ia telah diselamatkan oleh nyamuk yang telah mengganggunya. Jika tadi ia tidak terganggu oleh gigitan nyanuk, pasti ia sudah tidur dan bisa jadi ia menjadi korban longsoran tebing yang menghancurkan rumahnya.
 " Oh, Tuhan. Ampunilah kesalahanku. Aku sudah menghina ciptaanMu. Bagaimanapun juga segala makhluk yang Kau ciptakan pasti memiliki manfaat. Dan nyamuk yang selama ini aku anggap sebagai binatang pengganggu dan tak bermanfaat justru telah menyelamatkan aku dari bahaya. Ampuni aku, Ya Tuhan," kata Pak Dirjo dalam hati.
" Pak, sebaiknya mulai sekarang Bapak tinggal di rumahku saja. Bapak kan tidak punya saudara. Lagipula aku juga tinggal sendiri," kata Ujang menawarkan bantuan. Pak Dirjo tersenyum.
" Terima kasih, Jang. Tapi apa aku tidak merepotkanmu?" Tanya Pak Dirjo ragu.
" Tidak, Pak. Aku malah senang kalau Bapak mau tinggal bersamaku. Aku kan sudah tidak punya orang tua. Jadi Bapak bisa sebagai pengganti ayahku. Bagaimana, Pak?" tawar Ujang.
" Baiklah, Jang. Aku akan tinggal bersamamu," kata Pak Dirjo kemudian.
Sejak saat itu, Pak Dirjo tinggal bersama Ujang. Dan ia kini tidak pernah lagi mengeluh apalagi menggerutu karena ia kini tidak kesepian lagi. Mereka pun hidup dengan tenteram dan bahagia. 

Cerpen Cermin Sang Ratu

Januari 19, 2016 // by Unknown // No comments

Dahulu kala di Negeri Antah Berantah, tinggallah seorang ratu yang cantik jelita. Sang ratu memiliki kebiasaan aneh, yaitu mengkoleksi aneka macam cermin dengan berbagai macam ukuran. Cermin-cermin itu digantungkan di dinding kamar Sang ratu sehingga dinding kamarnya penuh dengan cermin. Sang ratu sangat suka mematut diri di depan cermin-cermin itu dan mengagumi kecantikan dirinya. Hampir sepanjang hari ia melakukannya dan tak bosan-bosannya ia berlenggak-lenggok di depan cermin-cerminnya.

Pada suatu hari, saat ratu sedang menyisir rambutnya, tiba-tiba cermin yang dipegangnya terjatuh dan pecah. Sang ratu marah besar. Ia memerintahkan pengawalnya untuk membelikannya cermin baru.

” Maaf, Yang Mulia. Tapi bukankah Paduka sudah memiliki banyak sekali cermin. Untuk apa Paduka membeli cermin lagi?” Tanya pengawalnya.

” Kurang ajar. Berani sekali kau menentang perintahku. Cepat pergi dan bawakan aku sebuah cermin untuk mengganti cerminku yang pecah. Atau kau ingin aku hukum, haa?”

Pengawal itu pun bergegas pergi ke toko cermin. Namun sayangnya, kata si pemilik toko tak ada lagi cermin yang dapat dijualnya.

” Semua cerminku sudah habis dibeli oleh ratu. Jadi tak ada lagi yang dapat ku berikan padamu, ” kata pemilik toko.

Dengan gelisah si pengawal berjalan menyusuri pasar untuk mencari cermin yang diminta oleh Sang ratu. Namun setiap toko yang didatanginya selalu memberikan jawaban yang sama. Dengan putus asa, pengawal itu kembali ke istana. Namun di tengah perjalanan ia bertemu dengan seorang pemuda yang tertidur di bawah pohon. Di samping pemuda itu tersendar sebuah cermin besar yang ditutup dengan selembar kain. Pengawal itu lalu menghampiri pemuda tersebut dan memintanya untuk menjual cermin itu padanya. Pemuda itu ragu.

” Apa Tuan tahu, cermin ini bukan cermin biasa. Aku khawatir jika nantinya justru akan mencelakakan diri Tuan sendiri, ” kata pemuda itu.

” Tapi jika aku kembali tanpa membawa cermin, Yang Mulia Ratu pasti akan menghukumku. Jadi tolonglah aku, ” pinta pengawal ketakutan.

Pemuda itu diam sejenak.

” Baiklah, Tuan. Aku akan menolong anda. Aku akan menghadap Ratu dan akan menyerahkan cermin ini pada Yang Mulia Ratu, ” kata pemuda itu.

Akhirnya, mereka berdua menghadap Sang ratu. Ratu senang karena keinginannya untuk memperoleh cermin baru terwujud. Ia tak sabar untuk segera mematut diri di depan cermin barunya itu.

” Maafkan hamba, Yang Mulia. Sebelum Yang Mulia membelinya, hamba hanya ingin mengingatkan jika cermin ini bukanlah cermin biasa. Cermin ini akan menunjukkan wajah asli dari orang yang bercermin padanya. Jadi hambamohon sebaiknya Yang Mulia mempertimbangkan lagi keinginan Paduka itu, ” kata si pemuda.

” Lancang! Berani sekali kau berkata seperti itu. Apa kau mau aku hukum, haa? ” Kata ratu murka. Pemuda itu ketakutan.

” Maaf, Yang mulia. Hamba hanya ingin mengingatkan Paduka. Tapi jika memang Paduka menginginkan cermin ini, dengan senang hati hamba akan mempersembahkannya untuk Paduka, ” kata si pemuda sambil menyerahkan cermin itu.

Ratu segera menerimanya dengan senang. Ia segera bercermin. Namun ketika melihat bayangannya di cermin, Sang ratu menjerit kaget. Ia lalu menatap si pemuda dengan murka.

” Hai, anak muda. Apa maksud ini semua? Mengapa wajah cantikku berubah menjadi penuh dengan ulat di dalam cermin ini? Apa kau mau menghinaku, haa?” kata ratu marah.

Si pemuda menyembah dan menjawab dengan ketakutan.

” Maafkan hamba, Yang Mulia. Hamba tidak pernah sekalipun mencoba menipu apalagi menghina Paduka. Bukankah hamba sudah menjelaskan bahwa cermin itu akan menunjukkan wajah asli seseorang yang bercermin padanya, “

” Jadi maksudmu itu adalah wajahku yang sebenarnya ?” Tanya ratu lagi.

” Maaf, Yang Mulia. Menurut hamba, itu mungkin adalah peringatan bagi Paduka, bahwa Paduka jangan hanya menyibukkan diri dengan memandangi wajah cantik Paduka lewat cermin. Tanpa bercermin pun, wajah Paduka sudah sangat cantik. Sebaiknya Paduka lebih mementingkan nasib rakyat Paduka. Karena masih banyak rakyat yang memmbutuhkan perhatian dari Paduka. Maaf, Paduka. Bukan maksud hamba untuk menggurui Paduka. Namun hamba hanya mencoba mengartikan maksud dari cermin tersebut. Jadi mohon Paduka mengampuni hamba,” kata pemuda itu sambil menyembah.

Ratu tertegun mendengar ucapan pamuda itu. Ia sadar bahwa selama ini ia memang terlalu sibuk bercermin hingga urusan rakyat terabaikan.

” Terima kasih, anak muda. Kamu benar. Selama ini aku memang terlalu sibuk bercermin. Mulai sekarang, aku berjanji akan lebih mementingkan rakyatku. Dan satu hal lagi. Bolehkah aku membeli cerminmu ?”

Pemuda itu terkejut.

” Untuk apa, Yang Mulia?” Tanyanya heran.

” Sebagai peringatan supaya aku tidak melalaikan tugasku dalam menyejahterakan rakyatku. Bukankah memang itu tugas seorang pemimpin?” Jawab ratu.

” Jika memang demikian, dengan senang hati hamba akan mempersembahkan cermin ini untuk Paduka,” kata si pemuda.

Sejak saat itu, ratu tak lagi sibuk dengan cerminnya. Bahkan, kini kamarnya tak lagi dipenuhi oleh ribuan cermin. Hanya ada satu cermin yang ada di dinding kamarnya, yaitu cermin ajaib pemberian si pemuda. Bahkan seluruh cerminnya ia bagikan pada rakyat yang membutuhkannya. Dan negeri itu pun semakin makmur dan tenteram berkat cermin ajaib yang selalu mengingatkan Sang ratu apabila ia lalai dalam tugasnya.

Puisi Sang Surya

Januari 19, 2016 // by Unknown // 1 comment

Sang Surya

 Sang Surya,
Pagi ini engkau tertutup mendung
Tak terlihat secerah sinarmu
Tapi mereka tahu dimana dirimu

Sang Surya,
Kehadiranmu sangat dinantikan
Mereka ingin kau dating membantunya
Memberi kehidupan lewat sinar yang kamu pancarkan

Sang Surya,
Dengan sinarmu dedaunan dapat berfotosintesa
Hewan dapat mengahngatkan tubuhnya

Manusia dapat mempertahankan hidupnya

Puisi Tentang Aku & Kamu, Kawan

Januari 19, 2016 // by Unknown // No comments

Tentang Aku & Kamu, Kawan

Taukah kamu berapa lama masa yang kita lewati bersama??
Aku tak ingin tau,
Karna kamu selamanya bagiku…..
Bersamamu,
Tangisku kan terurai menjadi tawa
Dukaku kan terpecah menjadi bahagia
Dan airmata yang terlanjur jatuh….
Takan berubah menjadi nestapa
Denganmu,kepenatanku tergilas sirna

Terkadang disatu waktu,
Prasangka pernah menjauhkanmu dariku
Tapi sungguh kawan,
Amarah takkan bisa bertahan lama dikalbuku
Kusadari aku terikat jauh kedalam hatimu

Ingatkah kawan,
Kita pernah duduk bersama
Melukis langit dengan impian