Namaku Jono aku berusia 12 tahun aku tinggal di sebuah desa yang jauh dari perkotaan, aku lahir dan tumbuh di desa ini, aku memiliki 2 orang sahabat yaitu Jaka dan Zaki, kami bertiga selalu bermain bersama, kami bermain biasanya dengan berkeliling desa mencari hal hal yang asik ataupun bermain di luar desa kami untuk mencari tempat yang baru yang mungkin bisa dipakai untuk bermain.
Di dekat desa kami ada satu tempat yang menurut orang orang merupakan tempat yang terlarang untuk dikunjungi entah apa alasannya bahkan ayahku sendiri pun tidak mengetahuinya atau mungkin sengaja untuk tidak memberitahukannya. suatu ketika Zaki mengusulkan untuk pergi ke tempat yan dilarang untuk didatangi itu.
"Bagaimana kalo kita ketempat terlarang itu" usul Zaki.
"Itu tempat yang terlarang dan pastinya tempat yang menyeramkan untuk dikunjungi" kata ku.
Tapi zaki tetap saja membujuk aku dan jaka untuk pergi kesana karena rasa penasarannya terhadap tempat itu.
"Ayolaah.. sebentar saja hanya melihat lihat saja, habis itu langsung pulang lagi" bujuk Zaki dengan wajah memelas.
"yasudah, tapi ingat ya Zak hanya melihat sebentar saja habis itu pulang" kata jaka memberikan syarat kepada Zaki.
Kami bertiga pun pergi ketempat itu. Saat sudah masuk suasananya berubah menjadi sedikit mencekam karena mitos yang terdengar dari warga sekitar dan memang tempatnya pun sangat tidak terawat. Saat kulihat jam di tanganku bahwa saat ini masih pukul 14.00 tapi hawa mencekam sudah sangat terasa. Aku pun mengusulkan untuk pulang saja.
"Lebih baik kita pulang saja, perasaanku ga enak" ajakku kepada yang lain
"Sebentar lagi Jon baru kita pulang" kata Zaki menolak.
"5 menit aja Zak abis itu pulang" kata jaka.
Tidak lama setelah itu kami menemukan sebuah rumah kecil tua yang sudah tidak terlalu terawat jika dilihat dari luar. pikiran Zaki sudah tertutup oleh rasa penasarannya.
"Ayo masuk kerumah itu" ajak Zaki sambil berlari ke arah rumah itu
"tunggu Zak" kami berlari mengejar Zaki.
Kami pun masuk kesana, setelah berada di dalam dan melihat lihat isi rumah Jaka tidak sengaja menjatuhkan kendi dan kendi itu pun pecah, tapi Zaki malah tertawa kecil dan mulai memecahkan barang yang lain, dan kami mulai asik dengan kegiatan memecahkan barang barang dirumah itu. Tapi tak lama datanglah wanita tua menghampiri kami.
"Apa yang sedang kalian lakukan disini ?" tanya wanita tua itu.
"ma..ma..maafkan kami" jawab ku dengan rasa sangat menyesal.
Tapi wanita tua itu tidak marah dan menyuruh kami untuk duduk, dan kami mulai mengobrol asik dengannya. dan tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 16.00.
Kami pun pulang dengan rasa tidak takut lagi. sesampainya di rumah aku langsung menceritakan tentang yang terjadi di tempat itu dan aku terkejut dengan respon ayah, ayah langsung memarahiku tapi aku menyangkal karena disana ada tempat yang mengasikkan. ayah menceritakan bahwa tempat itu adalah rumah seorang wanita tua yang dianggap sebagai pencuri dan warga berbondong - bondong menangkap wanita itu dan melaporkannya kepada polisi untuk di penjara dan warga menghancurkan rumah wanita tua itu dan itu sudah terjadi selama lebih dari 13 tahun dan menurut kabar wanita itu sudah meninggal. Aku pun terkejut mendengarnya dan kembali berdebat dengan ayahku.
"Yasudah jika kamu tidak percaya, besok kita kesan untuk membuktikannya" ajak ayahku
"baik kalo gitu besok setelah pulang sekolah kita kesana" kata ku.
Keesokan harinya aku dan ayahku beserta sahabatku pergi kesana, dan ayahku langsung menunjukkannya. dan benar saja rumah itu sudah hancur. yang tersisa hanya pondasi yang sudah tidak tersusun. suasana kembali mulai mencekam aku hanya terdiam karena kaget melihat apa yang ada di depan mataku.
"Lalu yang kemaren kami di mana dan siapa yang mengobrol dengan kami" kataku dalam hati.
Aku melihat Jaka dan Zaki ketakutan dan muka mereka pucat karena saking ketakutannya. Aku pun memutuskan untuk mengajak Ayah dan sahabatku pulang dan aku berjanji tidak akan kembali ketempat itu dan tidak lagi melakukan tindakan yang sembarangan.
Minggu, 27 Desember 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar