Namaku adalah Anton, aku masih duduk di bangku SMA. Pagi itu
saat berangkat ke sekolah aku bersama empat orang temanku yaitu Jamal, Toni,
Akbar dan Saepul menyempatkan untuk pergi sarapan ke sebuah warung makan, lalu
aku memesan makanan kepada penjual, setelah menerima makanan aku melepaskan tas
dan menaruhnya di sebelah tempat aku duduk. Tidak lama kemudian datang seorang
perempuan dengan membawa tas yang langsung memesan makanan. Saat kami sedang
makan, Jamal melihat jam yang ada di tangannya.
“wah, udah jam 7 nih bentar lagi masuk”, ucap Jamal dengan
sangat panik. Lalu kami pun bergegas dengan sarapan yang tidak habis, aku
mengambil tasku dan langsung berlari menyusul teman-temanku. Setelah sampai
disekolah dan ternyata belum terlambat, “Alhamdulillah, belum terlambat” ucapku
dalam hati. Setelah sampai di kelas dan meletakkan tasku di meja dan akupun
terkejut melihat tas yang aku bawa bukanlah tasku melainkan tas perempuan yang
memesan di warung makanan tadi, “kenapa bias ketuker ya ?” tanyaku pada diriku
sendiri dengan bingung. Saepul yang melihat tasku berbeda dari biasanya mulai
meledekku, “wiih tas baru nih” ledek saepul kepadaku. Lalu aku pun
memberitahukan apa yang terjadi “ ini tasnya ketuker sama perempuan yang di
warung makan tadi”. Saepul pun mulai mengerti “oh gitu, kirain tas baru itu”.
Bel masuk pun berbunyi, saat di kelas aku tidak menulis apa
yang diterangkan oleh guruku, karena tasku yang tertukar dengan perempuan
itu.saat istirahat aku berkumpul dengan temanku dan menceritakan apa yang
terjadi padaku, “oi, tasku ketuker ini sama perempuan yang tadi di warung
makan” kataku menjelaskna pada temanku. “coba liat aja siapa tau ada
identitasnya” suruh Jamal kepadaku. Akupun menolaknya karna menurutku itu tak
sopan. “udah sini dibuka tasnya” Akbar merebut tasnya dariku lalu membukanya,
“wah isinya center, map, kompas sama identitas perempuan itu nih” ucap Akbar
sambil mengeluarkan isi tasnya. Aku membuka mapnya, “ada kertas aneh nih”
ucapku pada teman-temanku. Jamal merebut kertas dariku dan melihatnya dengan
sangat seriu “ini sih kertas peta, ada tanda silangnya gini” Jamal
memberitahukan kepada kami. Kami semua pun mulai bingung.
“Peta harta karun kali itu” kata saepul.
“yakali tahun 2015 kaya gini masih ada harta karun” ucapku menyangkal
perkataan saepul.
“ya namanya rezeki siapa tau bener” kata saepul ngotot.
“yaudah kita tuker lagi aja tasnya nih ada nomer teleponnya”
ucap Akbar mengalihkan perdebatan singkat kami.
Kami pun menghubungi perempuan itu dan mengajaknya ketemuan
di warung makan yang tadi pagi untuk menukar tasku. Setelah pertukaran tas
kami memeriksa tas kami kembali takut
ada sesuatu yang hilang.
“Kalian melihat selembar kertas di dalam tas ini ?” Tanya
perempuan itu curiga kepada kami.
“nggak liat mbak, kita Cuma liat identitas mbak aja” ucap
saepul dengan cepat.
“oh yaudah kalo gitu terimakasih sudah mengembalikkan tas
saya” ucap perempuan itu.
Kami pun berjalan pulang, saat di jalan saepul barkata
kepada kami sampai kami terdiam mendengarnya.
“eh, ini kertas yang punya perempuan tadi” ucap Saepul
kepada kami.
“ko ga dibalikin tadi ?” tanyaku heran kepada Saepul.
“wah pencurian tuh namanya, mending balikin aja” suruh Akbar
kepada Saepul.
“nggak ah, ini tuh udah rezeki kita dapet peta harta karun”
kata Saepul dengan bangga.
“yaudah , kebetulan besok hari minggu jadi kita mulai
pencarian harta karun ini. Jam 9 pagi di warung makan itu” ucap saepul
seenaknya.
Pada jam yang telah di tentukan kami berkumpul untuk mencari
harta karun itu.
“yaudah kalian ikutin aja, biar aku yang mimpin pencarian harta karun ini” ucap saepul
dengan sangat yakin.
Kami pun mulai melakukan perjalanan mencari harta karun itu, setelah berjalan selama 4 jam
yang entah dimana tujuannya kami mulai memutuskan untuk istirahat.
“eh pul, kita gajelas nih jalannya kemana” keluh Jamal
kepada Saepul.
“tenang aja, ntar juga ketemu” ucap Saepul.
“Gini aja deh, ini peta ku selidikin dulu trus kalo udah
keliatan hasilnya baru ku beri informasinya kepada kalian” ucap Akbar
memberikan saran
“yaudah bawa aja bar petanya, jadi sekarang kita pulang
capek soalnya” ucapku pada yang lain.
Kami pun pulang dengan peta di bawa akbar. Pada hari itu
juga akbar langsung memulai penyelidikan pada peta itu dengan menggunakan nama
perempuan pemilik peta harta itu akbar browsing di internet.
Pada hari senin di jam istirahat kami berkumpul dan akbar
menjelaskan apa yang iya temukan dari hasil penyelidikan peta tersebut.
“gimana bar hasilnya ? ada informasi apa tentang peta itu ?”
Tanya Saepul kepada akbar dengan tidak sabar.
“oke jadi gini, perempuan itu ternyata merupakan komplotan
perampok, dan peta itu merupakan hasil rampokan bosnya terdahulu yang sekarang
sudah meninggal. Peta itu merupakan petunjuk ketempat dimana bosnya menyimpan
harta hasil rampokannya itu. Dan dengan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
perempuan ini dan teman yang lainnya ingin menemukan harta ini” Akbar
menjelaskan dengan rinci.
“jadi ini peta beneran ? tuh dibilang juga apa” ucap Saepul
sangat semangat.
“Yaudah hari minggu nanti kita mulai pencarian lagi, tapi
kali ini akbar aja yang mimpin” usul Toni
“Ide bagus tuh Ton, dari pada Saepul semangat doang” ucap
jamal sambil meledek saepul.
“HAHAHAHA….” Kami semua menertawakan Saepul.
Hari minggu pun telah tiba, jam 9 pagi kami berkumpul lalu
kami pun berangkat. Kami berlima mulai mencari petunjuk mengenai harta itu.
Selama dalam perjalanan aku merasakan ada yang mengikuti kami dari tadi. Aku
mencoba melihat kebelakang dan ternyata perempuan yang tasnya tertukar denganku
dengan 3 orang lainnya yang merupakan perampok itu. Aku pun mulai was was tapi
aku tidak menceritakan kepada yang lainnya.
Sampai lah kami di suatu hutan,
“Bar ini beneran nih kesini ?” Tanya Toni kepada akbar.
“Bener ton, mudah mudahan udah deket nih” Jawab akbar.
Dan tak lama sampai lah kita di sebuah gubuk, yang dimana
peta itu pun menunjukkan bahwa gubuk itu yg di beri tanda silangnya.
“ini kayanya tempatnya nih” Akbar memberitahu kepada kami.
“Yaudah ayo masuk” Ajak Saepul yang langsung nyelonong
masuk.
Kami pun masuk lalu kami menemukan di sudut gubuk ada sebuah
tanda yang mungkin menunjukkan keberadaan harta itu. Kami pun mulai menggali
setelah hampir satu jam kami menggali kami mendapatkan sebuah kotak dan ketika
dibuka isinya benar benar sebuah harta yang mungkin ini hasil rampokan
tersebut. Selagi yang lainnya merayakan keberhasilan mereka aku melihat keluar
melalui lubang kecil di gubuk dan melihat keluar, ternyata perampok itu masih
mengikuti dan sedang menunggu di luar. Tapi seperti ada yang janggal, aku
langsung memanggil akbar dan memberitahukannya. Akbar pun mulai cemas.
“kenapa mereka ga langsung nangkep kita buat ngambil petanya
?” tanyaku pada akbar.
“bener juga ya, aneh nih” Ucap akbar sembil berpikir.
“apa mereka sengaja mengikuti kita, setelah kita dapat
hartanya mereka langsung mengambilnya dari kita ?” Tanyaku khawatir.
“Bisa jadi seperti itu, yaudah sekarang kita bergegas kabur”
Usul akbar.
Akbar pun menyuruh yang lainnya untuk bersiap kabur dan
memberitahukan kejadian yang sebenarnya bahwa perampok itu sudah menunggu di
luar gubuk. Kami pun mulai berlari dan pada saat itu juga perampok itu mengejar
kami. Di suatu tempat kami dikagetkan oleh seorang perampok yang muncul tiba
tiba untuk menghadang kami. Kami pun berlari terpencar sampai pada di gubuk lagi kami berkumpul
kembali, tapi toni belum muncul juga. Tiba tiba ada telepon ke handphone Akbar
dan ternyata itu telepon dari Toni.
“Halo ton,ada dimana ?” Tanya Akbar dengan panik.
“Teman kalian ada pada kami, kalian harus menyerahkan harta
itu kepada kami lalu teman kalian selamat. Jika tidak maka kami akan
meninggalkan teman kalian disini tanpa nyawa.” Ancam Perampok itu.
“Oke, kami setuju dimana pertukarannya ?” Tanya Akbar.
“Digubuk tempat kalian menemukan harta karunnya” Jawab si
perampok.
“kami sudah disini, cepat kalian kesini” Ucap Akbar dengan
nada marah.
“Oke silahkan di tunggu” ucap si perampok.
Akbar memberitahu kondisi sekarang kalau perampoknya menahan
Toni dan ingin menukar dengan harta. Kami semua terkejut mendengarnya tapi
Saepul tampak tidak senang dan menampilkan raut wajah marah seakan tak rela
harta yang telah diincarnya harus diberikan kepada perampok itu.
Tak lama perampok itu datang dan ingin segera mengambil
hartanya. Saat Akbar ingin menyerahkan hartanya tiba tiba Saepul menahannya,
“Gausah bar, kita lari bawa aja hartanya” Suruh Saepul. Kami semua bingung
dengan apa yang dipikirkan Saepul. “Terus Toni gmana ?” Tanyaku pada Saepul.
Saepul dengan raut wajah marah “Biarin aja, suruh siapa dia ketangkep sama
perampoknya”. Akbar pun menyanggah perkataan Saepul dengan marah juga “temen
macam apa yang lebih milih harta dari pada nyelametin temen”. Saepul hanya
terdiam dengan menatap kea rah Akbar yang berjalan menuju perampok untuk
memberikan hartanya. Perampok itu pun melepaskan toni.
Saepul langsung pergi meninggalkan kami tanpa sepatah kata
pun yang diucapkan. “mungkin dia gak bias nerima harta yang telah didapatnya
sudah tidak ada lagi” pikirku tentang saepul.
Kami pun berempat pulang kerumah karena hari sudah hampir
gelap.
Setelah kejadian ini Saepul sudah tidak lagi berkumpul
dengan kami bahakan menyapapun tidak. Ini semua gara gara harta yang telah
membutakan Saepul.